• desain

  • emo

  • blogroll

  • punk

BELAJAR EFEKTIF MENGEJAR PRESTASI

Anak anda sering mengeluh kepada anda malas pergi ke sekolah?
Bagaimana anda menyikapinya?Apakah anda akan memarahi anak anda?Ataukah anda akan membiarkan anak anda membolos begitu saja?Dalam kasus ini peran orang tua khususnya, sangat penting sekali. Hal ini karena orang tualah orang yang pertama kali yang memiliki hubungan terdekat dengan anak, memiliki hubungan emosional yang secara tidak langsung dapat berpengaruh banyak terhadap sikap dan perilaku pada anak. Oleh karena itu orang tua sebaiknya memperoleh banyak sekali informasi tentang anak terutama tentang penyebab anak malas sekolah dan bagaimana cara menanggulinya.

Menurut Psikolog Desi Adriana dari Growth Consultan, anak malas sekolah sesuatu yang wajar terjadi. Rasa malas itu bisa muncul kapan saja. Baginya terpenting yang harus dilakukan orangtua jika anaknya menunjukkan tanda-tanda enggan ke sekolah, seperti malas bangun pagi, tak mau mengerjakan PR, pura-pura sakit dan lainnya, jangan langsung dimarahi. Tapi harus cari tahu penyebab anak demikian. Sebab jika malas sekolah terus terjadi dan orangtua tak tahu penyebabnya bisa-bisa anak makin malas sekolah atau bahkan membenci sekolah.

Banyak manfaat jika orangtua tahu penyebab anak bosan sekolah, anda jadi bisa menangani dan menyadarkan mereka pentingnya sekolah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membangkitkan anak untuk mau sekolah lagi. Pertama cobalah beri gambaran pada anak bahwa sekolah sangat penting bagi kehidupanya kelak. Misalnya dengan mengatakan, “jika Adek ingin jadi dokter harus rajin sekolah, biar bisa mengobati mama kalau sakit.”

Selain itu, orangtua juga bisa mengambarkan bahwa sekolah adalah kegitan yang menyenangkan. Contohnya dengan mengatakan, di sekolah kamu bisa bertemu dan bermain teman-teman. Dengan banyak teman kalau kamu kesulitan banyak yang menolong. Di sekolah juga ada tempat bermain yang asyik yang nggak kamu temui di rumah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak malas ke sekolah dan sering bolos, di antaranya adalah :

Takut atau trauma dengan sesuatu
Penyebab dominan Anak-anak bolos dari sekolah adalah karena takut dengan gurunya atau ada teman yang merupakan musuhnya, Dia tidak mampu membela dirinya sendiri dan tidak berani mengadukannya kepada sekolah, atau juga anak takut menghadiri sebuah pelajaran yang dia merasa tidak mampu dalam mempelajarinya dan sebagainya.

Haus dengan perhatian
Kadang-kadang sifat aneh ini juga disebabkan karena kebutuhan pribadi anak yang dialami di rumahnya seperti diabaikan, tidak diperhatikan atau dikucilkan dari keluarganya dan sebegainya yang menyebabkannya lari dari sekolah dengan tujuan ingin diperhatikan oleh guru, teman dan orang tua. Dengan ini anak merasa bangga karena semua orang membicarakannya dan telah merasa diperhatikan.
Ketika itu anak tidak dapat memikirkan konsekwensi dari perbuatannya, yang dia lakukan karena semata-mata ingin mendapat perhatian saja.
Ya memang anak yang sudah menginjak usia remaja juga terkadang belum bisa memilih cara yang terbaik agar dia bisa diperhatikan.

Kekerasan orang tua
Keinginan orang tua terhadap anaknya sering tidak susuai dengan harapannya, terkadang metode yang diterapkannya kurang tepat dan bahkan salah, seperti sikap yang keras dari orang terhadap anaknya.
Anak-anak bisa kabur dan bolos dari sekolah inilah bukti konkrit dari itu semua, dia merasa bahwa dengan bolos inilah dia bisa membalas dendamnya kepada orangtua, karena dengan perbuatannya orang tua pasti akan merasa sedih dan sakit hati, si anak tidak memahami apa yang ada dibalik sikap kekerasan orang tuanya, tentunya tidak lain hanyalah kesuksesan dan keberuntungan.
Dengan ini kedua belah pihak sama-sama mendapatkan kerugian ; Anak tidak sukses sekolah dan orang tua juga gagal dalam mendidik anaknya.

Teman yang tidak baik
Mayoritas tingkah laku anak dan kepribadiannya dipengaruhi oleh factor teman, karena faktor teman kadang bisa lebih mendominasi dari pada peran orang tua.
Anak bisa bolos dari sekolah lantaran ajakan temannya yang mengatakan bahwa bolos itu merupakan refleksi dari ke-gantle-an dan kebebasan. Betapa indahnya bagi mereka yang bisa keluar dari sekolah pada jam belajar untuk menikmati indahnya alam dan cerahnya terbitan matahari.
Sikap anak-anak yang seperti ini akan sangat mudah ditiru oleh teman-temannya, adakalanya karena ingin menikmati hal yang sama, atau juga takut dibilang pengecut karena tidak berani bolos sekolah.

Kemalasan siswa masuk sekolah pasti akan mempunyai akibat yang buruk bagi perkembangan anak terutama bagi prestasi dan masa depan mereka tentunya. Jika anak tidak masuk ke sekolah secara terus menerus otomatis ia akan ketinggalan mata pelajaran yang dia ikuti sehingga itu akan berdampak pada menurunya nilai prestasinya di kelas dan jika itu dibiarkan bisa-bisa anak anda bisa tidak naik kelas dan yang paling terburuk masa depan anak anda menjadi suram yang disebabkan karena anak anda tinggal kelas. Tentu saja hal itu tidak pernah anda harapkan sebagai orang tua bukan?

Upaya penanggulangannya :

Mempelajari dan memahami kondisi anak
Untuk mengetahui sebab-sebab malasnya anak ke sekolah dan sering kabur dari sekolah tidak cukup hanya dengan menanyakan sebabnya. Maka kadang-kadang anak sudah pandai berdalih dengan apa saja dan berbohong agar perkara tersebut cepat selesai dan tidak dipermasalahkan lagi, namun kedua orang tua juga harus memahami kondisi psikologis anak.
Dengan demikian hendaklah kedua orang tua datang ke sekolah menanyakan kondisi anaknya di sekolah seperti apa, karena siapa tahu sekolah bisa mengetahui problem yang sedang dihadapi anak atau juga teman-temannya.
Menyikapi anak seperti ini haruslah dengan sikap lembut dan penuh kasih sayang agar anak berani menungkapkan yang sebenarnya alasan dia sering bolos dan atau melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Bijaksana dan bertahap
Untuk menyembuhkan anak dari penyakit seperti ini sangatlah dibutuhkan kesabaran dan kebijaksanaan, jangan terburu-buru, khawatir akibatnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, akan tetapi dengan memberikan pemahaman kepada anak, bahwa apa yang telah dilakukannya di sekolah adalah tidak baik.
Dengan cara seperti ini saja terkadang anak belum bisa menerima dan langsung memahami namun memang butuh proses sampai anak betul-betul bisa memahami dan menilai segala yang dilakukannya.
Contohnya : Anak yang sering kabur dari sekolah dengan motif ingin mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan, sesungguhnya dia justru akan mendapatkan sesuatu yang sebaliknya.
Dengan bolos dia akan terus tertinggal di sekolah , sehingga butuh waktu yang lebih lama lagi untuk menyelesaikan sekolahnya, namun jika dia rajin dan patuh dengan peraturan sekolah, dia akan cepat mendapat kebebasan itu, karena sekolahnya cepat selesai.
Dengan demikian, janganlah kedua orang tua terlalu membelenggu kebebasan anak sehingga anak merasa dikekang, namun berikanlah kebebasan yang layak kepadanya.

Menghindari sikap kasar dan keras
Salah kaprah orang yang mengartikan kekerasan itu adalah cara yang paling ideal untuk memperbaiki anak, namun realitanya justru sebaliknya, sebgaiamana yang telah dijealskan di atas.
Terlebih lagi sesuatu yang berkaitan dengan sekolah janganlah sekali-kali memakai pendekatan seperti ini, haruslah dengan lemah lembut, perhatian dan kasih saying. Sebagaimana dibutuhkan juga untuk memberikan pemahaman dan tidak membedakan satu sama lain, menyediakan waktu luang untuk berbagi cerita, memberikan hadiah atas keberhasilan anak di sekolah yang telah berusaha sungguh-sungguh dan terus memotifasinya.

Peraturan sekolah terhadap Siswa :

Kenapa siswa dilarang memiliki rambut panjang? kenapa kenapa baju gak boleh dikeluarin?
apakah rambut itu mempengaruhi kepribadian? apakah baju itu mempengaruhi IQ seseorang?
seorang teman saya bertanya pada saya,”kenapa sih aku gak boleh ikut pelajaran penjas?apakah karena badanku gendut sehingga tak punya ukuran baju?”.

Ternyata sang pengajar melarangnya ikut olah raga karena dia tidak memakai baju olahraga. apakah baju itu lebih berharga daripada niat tulus untuk belajar?? saya bingung sebenarnya apasih peraturan itu? sederet kalimat yang ada kata “diwajibkan” dan “sanksi”, yang dibuat agar siswa teratur,disiplin,patuh,sopan. tapi itu hanya sisi positifnya saja…

Tentu peraturan dibuat bukan untuk dilanggar. tetapi,sebagian siswa merasa harus merubah aturan yang dianggap kurang bermutu itu. tak semua siswa berambut panjang itu bodoh atau nakal,karena rambut tak mempengaruhi akal pikiran.meskipun ia botak kalau memang nakal ya tetap nakal,meskipun rambutnya panjang tapi kalau asalnya pintar ya pintar.tahukah… mereka yang kurang PeDe akan rambutnya akan malas turun kesekolah karena malu dengan rambutnya yang tak cocok apabila dicukur pendek = mereka akan belajar bolos.bolos itu tak hanya disebabkan oleh faktor malas tetapi juga malu.itu semua akibat ATURAN.

Begitupun dengan seragam yang hanya menjadi logo/formalitas belaka. siswa yang ingin sekolah diharuskan memakai seragam lengkap dengan atributnya.
mengapa orang barat dan jepang yang tak memakai seragam dan gondrong2 rambutnya bisa menguasai dunia dengan kepintarannya. banyak orang yang rapi,disiplin,pandai menjadi musuh masyarakat/koruptor.itu semua hanya topeng belaka, jangan mendidik siswa dengan topeng.
andai saja peraturannya seperti ini,”SISWA YANG INGIN SEKOLAH DIWAJIBKAN MEMILIKI NIAT INGIN BELAJAR YANG IKHLAS”.

seakan-akan niat tulus itu tak berarti apa-apa dibandingkan bp3 dan seragam sekolah.
itu sebabnya banyak siswa nakal menjadi pembangkang,karena mereka sekolah tidak didasari niat itu tadi.

Beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :

  1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
  2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
  3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
  4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
  2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
  3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

  1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
  2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
  3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
  4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
  5. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.